Bunga di Tepi Jalan ✿ܓ.

Malam sudah larut
bahkan ketiga jarum jam dinding di ruangan itu sudah bertemu di angka 12
namun puluhan kepala di ruangan itu tidak tampak lelah beraktifitas
di sana tampak puluhan anak-anak berbaju kaus berwarna-warni dengan aneka gambar bertema kekerasan anak ,perdamaian , permainan tradisional anak ,dan masih banyak lagi.
anak-anak itu duduk di atas kursi membentuk sebuah lingkaran ,di tengah lingkaran itu tampak seorang pria putih setinggi 170 cm dengan gaya bicara yang 'agak' cadel .
tidak jauh dari pria itu berjajar rapi beberapa anak yang tertunduk sambil memelukkan kedua telapak tangan mereka.
di ruangan persegi panjang itu menggema suara "Anto ,1 suara" , "Anto belokk" , " Anggi Sayang Anto" .
itu adalah suara dari pria putih yang sedari tadi mengumbar senyum menyembunyikan kantuk ,dilihat dari kantung mata yang bersemayam di bawah matanya tampaklah ia kurang tidur selama beberapa hari ini.
3 orang anak mengerumuni sebuah kotak ,salah seorang diantara mereka mengeluarkan kertas sambil membacakan isinya walaupun tidak selantang pria putih yang terus mengulangi bacaan dari anak itu .Anak itu berusaha tampak profesional ,seusai membacakan isi gulungan kertas itu ia memperlihakan isi kertas yang dibacanya kepada 2 orang anak yang bertindak sebagai saksi.kemudian ia membelah kertas itu menjadi 2 dan memisahkannya dari kotak sebelumnnya .demikian berulang-ulang.
seorang anak bertubuh semampai berbaju hijau tampak memegangi board marker dan kepalanya selalu melongo ke 2 arah .pertama ia melongo ke kumpulan anak yang sibuk dengan rutinitas di tengah lingkaran ,kedua ia menatap teliti lembaran kertas raksasa yang ditempeli di atas sebuah papan tulis yang lebarnya 2x rentangan tangan orang dewasa .di kertas itu ia mencoreti satu persatu garis seperti batang korek api pada kolom nama sesuai instruksi pria bersuara lantang.

Apa yang terjadi disana ?
ya ,ada denyut nadi demokrasi berdetak di sana .
kumpulan anak yang terhitung dalam densitas peduduk itu belajar berdemokrasi dengan cara mereka.Jika para anggota DPR yang tehormat menyaksikannya ,mungkin akan menutup wajah memerah dengan malu karena puluhan pasang binar mata di sana sangat antusias ,tanpa kantuk ,mereka bersemangat ,menghargai dan tertib walaupun mereka lelah terduduk disana tanpa iming-iming rupiah di tanggal 1 .

Lewat tengah malam ...
Pemilihan Presiden Anak di akhiri dengan standing applause membahana di ruangan putih pucat itu.
Siapa yang terpilih ? itu sudah tidak penting ,karena raut bangga yang menjunjung sportifitas terlukis di wajah setiap anak.
tidak ada reaksi penolakan , disintegrasi , demonstrasi ,apalagi tindakan destruktif dan aksi jahit mulut .
yang hadir disana hanyalah rasa puas dengan fantasi berbeda-beda bagi setiap nafas .
ada yang puas karena pilihannya terpilih ,ada yang puas karena sudah ikut memutar tuas roda demokrasi di ruangan dengan sinar lampu putih itu ,ada pula yang puas karena akan segera bertemu bantal di penginapan yang beralamat di lantai dasar gedung berlantai dua itu.


Seusai acara jabat tangan kepada anak berambut sedikit pelontos dan berkulit gelap serta berfoto ria dengan mata memerah.
seluruh peserta tampak menjinjing map bewarna-warni dan berangsur-angsur pergi meninggalkan aula mengikuti kehendak mata.
acara selajutnya bagi peserta adalah tidur dan bersiap untuk acara di esok hari (lebih tepatnya beberapa jam lagi)
apakah aula pertemuan itu akan redup ditinggal puluhan pasang mata yang bergegas tidur ?
ternyata tidak.
tersisa belasan anak dimana identitas name tag mereka bertuliskan "Panitia"
siapapun yang ada disana pasti paham bahwa anak-anak yang sedari tadi tertawa terpingkal-pingkal itu tidak berniat untuk terlelap di sisa malam mereka.
di antara riuh tawa ,suasana hening .mereka hanya bertatapan satu sama lain.
seorang anak duduk di bangku kuasa yang seharusnya diduduki oleh dewan presidium yang terdiri dari ketua ,sekretaris ,dan anggota saat acara berlangsung.
anak lainnya duduk di sisi kiri dan kanan berjajar rapi.
dan dua pasang anak menarik kursi ke tengah-tengah ,mereka duduk di bangku pesakitan.


anak berambut keriting dan berkulit putih tersipu malu duduk sebagai pimpinan sidang 'perceraian' dimana seluruh posisi terbentuk karena spontanitas.
kenapa mereka terpikir untuk mendemonstrasikan sidang perceraian ? entahlah ,mungkin itu dikarenakan kasus perceraian artis yang marak di pertelevisian indonesia seperti kasus perceraian olla ramlan yang booming saat itu atau hanya imajinasi mereka terlalu inspiratif karena tombol on ditekan terlalu kuat .


Tok ... tok ... tok ...
suara palu yang dihentakkan anak pemimpin sidang
kali ini wajahnya tampak dipaksakan untuk serius
ia membuka persidangan yang lebih tampak seperti sri mulat itu


"persidangan perceraian antara Dela dan Anggi dimulai
saudari dela silahkan membacakan tuntutan kepada saudara anggi"


" dia berselingkuh yang mulia" ,jawab dela dengan mimik sedih yang dapat ditangkap sebagai wajah menahan tawa.

Dengan ekspresi wajah yang ingin tampak meyakinkan walaupun beda tipis dengan wajah 'ngeden' (baca e seperti elang bukan entok)
"tidak yang mulia ,dia berselingkuh ketika saya bekerja.Dia yang mulai yang mulia"
suasana persidangan kacau balau ini mengundan tawa siapapun yang ada diruangan itu.seolah keadaan terdesak dela berusaha memperkacau keadaan ,dia berbicara seraya tertunduk.
"sebut saja nama saya BUNGA ,kejadian itu terjadi dalam perjalanan saya pulang kerumah .saya dicegat ,dan saya tidak sengaja melakukannya yang muliaaaaa ...saya tidak selingkuh ... waaaaa"
 dela mengeluarkan penuturan sambil merunduk dan mengeluarkan suara seperti menarik ingus (iiiiuuhhh)
anggi yang saat itu berperan sebagai suami delapun berkomentar dengan antiklimaks.
"jadi begitu kejadiannya sayang ,apakah kau baik-baik saja ?maafkan sikapku yang tidak mendengarkanmu"
Sidang yang tidak jelas arah tujuannya itu pun selesai dengan ending yang luar biasa : Rujuk.

Tidak ada tawa disana ,bukan karena tidak lucu dan bukan pula karena sungkan.sudah terlalu letih tertawa terbahak selama 5400 detik ...
atas kesepakatan yang tidak diketahui siapa pemimpinnya ,anak-anak yang sulit diatur itu bergegas ke kamar masing-masing .tidak untuk tidur.hanya mengambil jaket dan pelindung kepala ,mereka pergi dengan langkah sedikit mengendap .mendorong sepeda motor hingga dekat jalan raya agar deru sepeda motor mereka tidak membuka mata puluhan peserta yang memeluk bantal di tempat tidur berspray putih.
sepeda motor mereka berlarian di tengah lengangnya jalan .sejak awal ,mereka memiliki 1 niat yaitu menutup mulut perut mereka yang sedari tadi memainkan ritme musik yang tidak nyaman didengar.

Seusai memuaskan hasrat perut di sebuah rumah makan padang penyelamat perut karena ia tetap buka di jam 3 dini hari.Sepeda motor kembali memutar roda dan berjalan bergerombol di tengah kota khatulistiwa yang juga berada di tengah dunia .
Tawa keras di jalanan tidak berlangsung begitu lama .
suara jepret kamera dari seorang anak laki-laki berwajah pendiam yang selalu memotret tingkah mereka semuapun berhenti sejenak .
mereka berhenti sejenak ,kondisi ban salah seorang rekan menjadi penyebab.seorang anak berwajah manis tampak gelisah ,lingkaran hitam di bagian belakang motornya tampak kurus .Hal ini memaksa anak berambut panjang dan berpipi gembul yang menduduki kursi penumpang harus pindah ke motor lain jika ingin kondisi ban tidak memburuk.

Jalanan sangat sepi ,tidak mudah menemukan tukang tambal ban di daerah pertokoan berpintu folding gate yang tertutup rapat.
15 menit kemudian mereka tiba di sebuah pondok-pondok kecil di pingir jalan bertuliskan "Tambal Ban" dengan kecepatan 5km /jam setelah berulang kali bertanya penuh harap dengan orang lain di jalan yang kami lewati.
Pelajaran 1 : Malu bertanya ,sengsara di jalan.

Pondok-pondok sederhana itu tidak terlalu lebar .
Hanya tampak beberapa tiang kayu menyanggah terpal biru seperti kanopi daun menopang langit biru.
Di bagian yang lebih menjorok kedalam tampak etalase kaca berbentuk persegi panjang.pastilah pondok-pondok ini juga menyediakan pulsa elektronik all operator yang memang menjamur di sepajang jalan raya .
seorang pemuda bertubuh kekar tampak keluar menyambut kedatangan rombongan yang mengantar 1 custumers yang butuh pelayanan.pemuda berkulit sawo matang itu

Pelajaran 2 : Kebersamaan memecahkan masalah dengan seni tingkat tinggi.


pemuda kekar itu sedikit tergopoh memakai baju kaus putihnya yang terlihat kucel.
dengan dialeg melayu dia memastikan maksud kedatangan rombongan yang memenuhi pintu masuk lapaknya.
"ngape ? bocor ke ?"
Ia bertanya seraya melihat ban sepeda motor yang akan menjadi pasiennya .
matanya sangat sigap .
sebelum 60 detik ia berhasil menemui lingkaran sasarannya tanpa petunjuk (ooohhh ,sherlock kalah :D )
Wajah gadis putih itu tampak tidak secemas tadi ,ia tampak sedikit tenang sambil merapikan lilitan jilbabnya.
sepeda motor yang mendadak lemah letih lesu lunglai sejak tadi itu ditarik oleh pemuda kekar .dipaksa berdiri dengan 2 kaki sehingga terdengar bunyi hentakan.
PLETAAAAKKK (mungkin begitu kira-kira bunyinya)

Pondok itu hanya diterangi sebuah lampu yang sepertinya tidak ikhlas menerangi .
sehingga beberapa anak perlu berjongkok ,di sekeiing ban sambil menyumbangkan sorotan lampu handphone saat pemuda itu membedah ban.

seiring dengan dentingan peralatan bengkel yang silih berganti ,anak-anak yang merasa tidak berkepentingan untuk mengerumuni sepeda motorpun memiliki banyak alternatif kegiatan menghibur diri meskipun disaat yang kurang tepat.
ada yang memilih diam di pinggir jalan ,tempat dimana semua sepeda motor berlabuh sambil bercengkrama.
ada yang memilih merenungi nasib ban bocor dengan gelisah sambil berdiri jongkok berdiri jongkok dan berharap bisa menyumbangkan pertolongan.
ada yang hanya mondar-mandir sambil terus bertanya layaknya permainan tradisional 'tapok pipit',"sudah belum ?"
ada yang memilih berfoto ria dengan background jalan raya yang terlihat lengang di jam 3 pagi dan berlagak di depan flash kamera layaknya penguasa di jalan raya.

Sebut saja namanya BUNGA,
bunga seorang anak yang riang nan lincah
ia meloncat kesana kemari untuk mendapat perhatian lensa kamera
ia berfoto bersama sepeda motor ,teman-temannya ,berdiri di tengah jalan raya ,hingga berdiri di pembatas jalan untuk berfoto dengan tiang lampu jalanan.
suasana gelap cukup menyulitkan pemuda kekar memperbaiki ban sepeda motor sesegera mungkin.
suasana hati Bunga juga tidak 'hiper active' lagi ...
mungkin dia lelah ,
mungkin dia bosan ,
atau mungkin mata kecilnya semakin redup karena mengantuk.
Bunga terduduk lesu di atas batu pembatas kedua jalan raya sambil memasang pose manis dan berharap ada yang memotretnya.
Di atas batu berpola warna hitam dan putih itu dia terlihat seperti melamun sejenak.
(suara musik terdengar)
sebuah mobil fortuner silver melaju keluar gerbang diskotik yang berjarak tidak lebih dari 200m dari singgasana hitam putih Bunga.
tidak ada keistimewaan dari pria berusia sekitar 40 tahun berwajah memerah mabuk keluar dari diskotik.
kejutan tiba dan menyeret semua bola mata seluruh orang yang berada di sekitar TKP ketika kendaraan roda 4 itu berjalan semakin pelan seakan sengaja ingin menghampiri Bunga.
ya ,mobil itu berhenti ...menrunkan kaca jendela mobil dngan deritan halus ,mengelurkan tangan seolah ingin menyapa dan menyolek. Bunga.
Menyadari gelagat tidak baik ,Bunga spontan berteriak kaget dan berlari ke belakang seorang yang dikenalnya .seseorang berdarah batak dan bertubuh besar.
secara tidak langsung kombinasi spontanitas itu menunjukkan ia meminta perlindungan .untuk apa ? mngkin hanya nalurinya yang bisa menjawab.
mobil itu kembali bergerak
tidak menjauh
namun mendekat
langkah kaki dari sepatu kulit cokelatanya seakan menjadi slow motion bagi yang memperhatikannya.

matanya mencari diantara sekerumunan orang berwajah siap tempur
dimana Bunga ? mungkin tubuhnya sedang bergetar hebat
bapak berbaju putih tipis itu berjalan menuju Bunga ,namun terhalangi oleh beberapa orang .
Entah kenapa ,terasa meneganggakan disana.
si tua tua keladi itu berbincang ,
menanyakan berbagai pertanyaan,
tidak penting apa yang ia tanyakan ,
tapi suasana mencekam seolah menekan tobol ON alarm kebakaran
kedatangan bapak berdarah cina itu mengundang perhatian ,termasuk montir kekar yang seharusnya berkonsentrasi dengan tahap akhir pengobatan pasiennya.

bapak putih itu mengenakan celana pendek berbahan kain ,tidak sedikit bola mata yang 'terlanjur' melihat senjatanya siap tembak dengan posisi tangannya yang selalu membelai ke arah itu.
tatapan matanya mengancam .
ia melangkah mundur setelah berbincang dengan beberapa rekan Bunga
walaupun terlihat seperti mengibarkan bendera putih
namun ia senantiasa menoleh dan melirik Bunga berkali-kali bahkan ketika seluruh tubuhnya sudah berada di dalam mobil.
mobilnya melaju ...
langsung tancap gas ,entah seberapa cepatnya .
sangat cepat sehingga tidak tampak lagi di pelupuk mata.

Pelajaran 3 : Jangan memposisikan diri sebagai Bunga di tepi jalan.

Semua berakhir ,
bertepatan dengan bunyi mobil fortuner yang tidak tertangkap lagi gelombang suaranya oleh telinga.
bertepatan dengan rasa kaget yang luar biasa.
dan bertepatan dengan senyum bahagia gadis manis berjilbab atas kepulihan sahabat berputarnya.

Semua memtuskan untuk pulang.
Namun cerita akan tetap mengalir.

Buah karya Muthia Andina Pradipta hingga tidak tidur 3 hari 3 malam.









Komentar

Postingan Populer