Gelas Kaca Bercerita ◕‿◕


"pprraaangggggggg *sebuah gelas kaca terhempas dramatis ke ubin putih di rumahku
ibuku datang dengan sikap tergesa-gesa ,matanya tampak liar mencari asal suara yang mungkin cukup mengusik indera pendengarannya.
dia mendapatiku berusaha menyembunyikan kekacauan yang aku ciptakan.
sesaat ,ibuku menatapku dalam.
nafasku terasa sesak"
sekumpulan anak di koridor sekolah dasar terbius dalam buaian cerita atraktif gaby (baca : gebi ).totalitas cerita dan mimik gaby mampu menyita perhatian teman-teman seusianya di sekolah.
di saat cerita tercipta jeda ,gaby menarik nafas panjang.wajah haus cerita dari anak-anak berusia 12 tahun tampak bernafsu mendengarkan kelanjutan cerita gaby .Kemudian terdengar suara dengan sedikit nada protes
"Lanjutin gab!"
gaby menghela nafas sambil menikmati wajah berwarna penasaran.kedua kelopak bibirnya kecilnya mulai bertolak .
"jika itu terjadi pada kalian ,apa respon yang ditunjukkann ibu kalian ?"gaby melempar pertanyaan di tengah klimaks ceritanya .
suasana jangkrik (krik krik krik ...) menghampiri sejenak ...
salah satu anak yang tergolong biang onar di kelas menjawab dengan ekspresi yang bisa dikatakan datar.
"emak aku pasti melasah aku gare-gare mecahkan gelas beling ,aku sua kayak gituk" celotehnya dalam bahasa melayu (secara umum ,mungkin pembaca yang budiman dapat men-translate)
seorang anak berkulit putih dan tergolong pendiam di kelas itu tampak angkat bicara.
"mama pasti marahin aku lalu suruh aku bersihkan pecahan gelas yang aku pecahin ,lalu aku bakal dapet ceramahan tentang mahalnya harga gelas "ceritanya singkat sambil menutupi keinginannya untuk menangis.
beberapa anak lainnya meng-iya-kan pendapat kedua temannya ,keadaan berubah menjadi riuh karena beberapa di antara mereka membentuk kelompok spontanitas yang menjadi wadah cerita tentang tragedi pecahan gelas sesuai pengalaman masing-masing.
tindakan yang diambil ibu mereka hampir serupa yaitu berpola pada memarahi - kekerasan fisik (menjewer,dsb) - meminta tanggung jawab (membersihkan) - dan membawakan serial ceramah berupa KULiah TUjuh jaM (kultum) .kenapa ? mungkin karena gelas yang diperoleh dengan rupiah itu lebih berharga dari pada anak yang dibesarkan dengan keringat.sehingga sang ibu terus mengungkit cerita gelas pecah dan menciptakan rasa bersalah yang luar biasa di dalam nurani si anak.

gaby menikmati suasana riuh sesaat di sekitarnya ,lalu ia memecahnya dengan kalimat yang bertolak belakang dengan keributan yang menjadi mini konflik anatara anak dan ibu.
"ibuku tidak marah kepadaku"
sebuah kalimat pernyataan sederhana yang dilontarkan cukup membuat sejumlah pasang mata tertuju kembali padanya disertai rasa tidak percaya . seaakan mengerti bahasa mata teman-teman sebayanya .gaby bersuara sedikit tegas.
"gaby serius!"
selama sepersekian detik anak yang senang mengoceh itu menghela nafas,dan melanjutkan cerita yang tertunda akibat jeda yang diciptakannya .

"waktu itu jari gaby berdarah karena gaby berusaha membersihkan pecahan kaca ,setelah tatapan bingung sesaat ibu yang sempat membuatku ngeri itu usai. ibu menangis memelukku .gaby di rangkul hangat menuju habitat PPPK di rumah . tangan gaby diperhatikan seksama ... dibersihkan ... diberi obat ... kemudian dibalut semacam kain kecil dengan gambar hewan ".
gaby terus memproduksi kata demi kata tanpa ada sanggahan dari teman-temannya .
"gaby terduduk di kursi ,ibu duduk setengah berlutut di depan gaby .
ibu berpesan sama gaby ,jika memegang gelas kaca harus berhati-hati .dan jika gelasnya pecah ,gaby harus bilang sama ibu .ibu percaya gaby gak mungkin sengaja mecahin gelas ,jadi ibu gak marah sama gaby.katanya ibu gak akan permasalahkan gelasnya ,ibu masih mampu beli gelas lagi .tapi ibu gak mampu gantiin tangan gaby dan rasa sakit gaby ."kenang gaby sambil meniru tutur kata ibunya.
cerita gaby seakan menjawab seluruh pertanyaan yang sempat mampir di benak pendengar cerita gaby.
di balik pintu coklat tempat gaby menjadi pusat perhatian teman-temannya ,tampak pendengar yang tidak diduga dan tidak pula ada yang menyadarinya .
seorang wanita berkulit kuning langsat yang mengenakan seragam guru lengkap dengan tanda pengenal di dadanya.
dia ibu ruri ,guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang sedari tadi menjadi pendengar di luar pintu kelas tanpa berkomentar .tidak terlihat raut emosi di wajah wanita berdarah jawa itu walaupun bel tanda masuk kelas telah berlalu 10 menit.

seorang murid berseru ,
"woooyyyyy ,bu ruri masooookkk !" seru salah seorang anak sambil terbirit menuju bangkunya.
seruan diikuti dengan sorotan mata massal ke arah pintu ,menatap seorang ibu yang memanggul beberapa buku di pelukannya sambil menebar senyuman kepada setiap mata yang menatapnya terkejut.
tanpa ada komando ,setiap kaki murid-murid berlomba menuju meja dan kursinya masing-masing.
bu Ruri tetap memasang senyumannya ,walaupun tidak selebar tadi .kali ini ia hanya menebar senyum sekedarnya saja.
tap ... tap ... tap ...
suara sepatu bertumit dua centimenters melangkah menuju singgasana bagi setiap guru pengajar di kelas itu.
suasana kelas itu hening sehingga suara hentakan merapikan buku di singgasana bu Ruri saat itu terdengar hingga ke pojok kelas yang berukuran cukup luas.
bu Ruri duduk ,menatap wajah murid-murid yang terpaku ke arahnya seraya berkata
"anak-anak ,maaf ya ibu tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian.ibu berkesempatan mendengar cerita gaby dari prolog hingga selesai , pendapat Dodo yang dimarahi emaknya ,dan ungkapan rasa sesal yang di ungkapkan Melati ".
semua daun telinga tetap sigap menanti kalimat yang akan diutarakan bu Ruri.
dodo dan melati tampak menundukkan kepala mereka.
"semua ibu pasti menyayangi anaknya ,namun caranya berbeda .jadi bukan berarti emak Dodo dan mama Melati itu tidak baik"
Dodo dan Melati sedikit berani melirik bu Ruri .tidak lagi tertunduk malu .
secara perlahan bu Ruri menasihati kami untuk meminta maaf jika merasa berbuat salah .Agar hati ibu terluluhkan dan tersadar bahwa ia tidak perlu menyakiti pendengaran dan hati buah cintanya dengan kalimat yang munkin membekas seperti yang dialami Dodo dan Melati.
setelah menangkap aura tanda mengerti dari penghuni kelas itu ,bu Ruri melanjutkan materi pelajarannya sambil terus mengaitkan materi pelajaran dengan permasalahan yang masih menggandrungi pikiran anak didiknya.

Seusai jam pelajaran ,bu Ruri meneguk teh hangat yang terpaksa dingin karena waktu.
guru-guru berkumpul disana ,terkadang mereka saling membicarakan tingkah murid-muridnya di kelas yang baru saja mereka layani.
bu Ruri menutup cangkir tehnya dengan sebuah tutup gelas merah berbahan plastik ,lalu ikut bersuara tentang rapuhnya perasaan anak yang setiap harinya dididik para dewan guru.
bu Ruri cenderung memberi masukan kepada setiap dewan guru yang berperan sebagai ibu atau ayah di rumah.
dan celotehan gaby telah menginspirasi banyak orang .
mulai dari teman-teman sekelasnya ,bu Ruri ,dewan guru di ruang guru ,dan semoga pembaca budiman juga demikian.
dari sebuah gelas kaca kita belajar ...
bahwa anak begitu peka akan setiap jengkal perkataan serta perilaku ibu (atau orang tua atau orang terdekatnya)
tanpa disadari ,anak memikirkan kalimat hardikan spontan yang ditujukan kepadanya .dan itu membekas cukup lama dan perih .
stigma negatif yang dimiliki anak dapat diluruskan dengan sebuah pengertian .
Dan pentingnya kesadaran ibu bahwa malaikat cilik yang sering menggelitik emosinya itu jauh lebih penting di banding gelas seindah dan semahal apapun di dunia ini  ◕‿◕

salam .
Muthia Andina Pradipta

mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan .
jika ingin menyebarkan ,harap sertakan link
http://muthiaandinapradipta.blogspot.com/

terima kasih untuk seluruh pembaca budiman :*



Komentar

  1. woww.
    ini suatu karya tulis yang bagus dan sangat memberi inspirasi. andai semua orang tua dapat menyadari hal ini.

    BalasHapus
  2. syukran :)
    agak kaget waktu liat luluk komentar :D

    BalasHapus
  3. haha. kenapa dina speechless ya?
    keren loh karya nya

    BalasHapus
  4. gak juga ,perasaan dna gak ada post di FB dany .
    iya :) terima kasih lagi :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer