Metha Adnian
"Memang bukan lia dan laden yang menyatu ,dan selalu bersama hingga ajal menghampiri tapi aku harap hati,pikiran ,dan perasaan kita selalu nyatu kak".
air mata anak bungsu bertubuh semampai itu berbulir ,
sesekali dia terisak ,tetesan dari kedua matanya dibiarkannya berlalu melewati pipi dan turun membasahi spray merah muda.
kemudian tubuh kurusnya berbalik ,tatapan matanya menghadap ke atas .tapi entah apa yang ada di pikirannya hanya dia dan Tuhanlah yang mengetahuinya.
Suara langkah jam dinding di ruangan merah muda berukuran 4x4 meter persegi itu hendak menggapai angka 12.
Suasana malam yang dingin sangat mendominasi ,memang tidak terdengar suara lolongan serigala ataupun kicauan burung hantu (emang burung hantu berkicau --' ).Yang ada hanya sahut-sahutan antara pembawa acara dan narasumber di televisi.
dina tampak gelisah ,sesekali dia memeluk teddy bear berbulu cokelat .
air matanya sudah tak tampak dipipinya lagi ,bukan karena usapan tangannya .tapi karena tak kuasaannya mengusap.matanya tampak menyipit ,mungkin karena kantuk yang sedari awal tidak ia turuti.
teteettetetettetetetet (anggap aja ringtone HP)
sebuah pesan singkat mengunjungi handphone berkulit hitam yang sedari tadi dibiarkan menganggur
dina berusaha menggapai meja kecil di sebelah kanan tempat tidurnya tanpa mengubah ataupun menggeser posisi tubuhnya.
mungkin bisa dikatakan malas ,namun sebetulnya dia lunglai.
Bathinnya tidak pernah menerima perpisahannya dengan saudara yang menemaninya selama 9 bulan dalam kandungan sang ibu
Mereka dipisahkan oleh takdir Sang Ilahi
Handphone yang tadi berusaha keras untuk dipeluk tangan kini sudah kembali ke atas meja kecil itu ,bahkan posisi semakin menjauh dan tidak terbariskan seperti semula.
bibir yang selama seperempat jam mengatup ,tampak terbuka ... seperti berbicara namun tiada lawan bicara .dia hanya bergumam .
"kita ini kembar atau bukan ya kak ?"tanyanya polos tanpa seorangpun yang diajak bicara
"kakak leukimia ,aku anemia"
"kakak di surga ,kenapa aku harus tertinggal di dunia hina ini ?"
"kakak sengaja ninggalin aku ,atau malaikat izrail yang lupa buat jemput aku !"
di dalam keributan yang dibuatnya sendiri ,dina menyembunyikan matanya yang berhasrat untuk memuntahkan air mata.dia seperti berdialog ,namun tidak terlihat seorangpun disana kecuali gadis itu.
ia mengalahkan rasa malasnya dalam duel tanpa balas ,itu terbukti dengan keberhasilan dina beranjak dari tempat tidur .ia menuju lemari buku coklat ,tangannya tanpa ragu mengarah pada baris kedua terbawah.
dina menjemput sebuah diary miliknya ,buku tebal berukuran sedang .sampulnya hitam dan penuh enamel berwarna-warni .sebuah buku yang sangat kuat karena mampu menopang semua keluh kesahnya tanpa pernah berniat lari (mana ada diary yang kabur ,emang punya kaki #ngawur )
dia memulai cerita pada bagian putih bergaris ...
buku yang mendapat hujan lokal itu tak tertutup ,pena yang sedari tadi mengukir cerita mengharu biru juga tak bergerak lagi.dia tertidur ,hanya tertidur.dan mungkin dia akan tersadar dengan mata berawan.
air mata anak bungsu bertubuh semampai itu berbulir ,
sesekali dia terisak ,tetesan dari kedua matanya dibiarkannya berlalu melewati pipi dan turun membasahi spray merah muda.
kemudian tubuh kurusnya berbalik ,tatapan matanya menghadap ke atas .tapi entah apa yang ada di pikirannya hanya dia dan Tuhanlah yang mengetahuinya.
Suara langkah jam dinding di ruangan merah muda berukuran 4x4 meter persegi itu hendak menggapai angka 12.
Suasana malam yang dingin sangat mendominasi ,memang tidak terdengar suara lolongan serigala ataupun kicauan burung hantu (emang burung hantu berkicau --' ).Yang ada hanya sahut-sahutan antara pembawa acara dan narasumber di televisi.
dina tampak gelisah ,sesekali dia memeluk teddy bear berbulu cokelat .
air matanya sudah tak tampak dipipinya lagi ,bukan karena usapan tangannya .tapi karena tak kuasaannya mengusap.matanya tampak menyipit ,mungkin karena kantuk yang sedari awal tidak ia turuti.
teteettetetettetetetet (anggap aja ringtone HP)
sebuah pesan singkat mengunjungi handphone berkulit hitam yang sedari tadi dibiarkan menganggur
dina berusaha menggapai meja kecil di sebelah kanan tempat tidurnya tanpa mengubah ataupun menggeser posisi tubuhnya.
mungkin bisa dikatakan malas ,namun sebetulnya dia lunglai.
Bathinnya tidak pernah menerima perpisahannya dengan saudara yang menemaninya selama 9 bulan dalam kandungan sang ibu
Mereka dipisahkan oleh takdir Sang Ilahi
Handphone yang tadi berusaha keras untuk dipeluk tangan kini sudah kembali ke atas meja kecil itu ,bahkan posisi semakin menjauh dan tidak terbariskan seperti semula.
bibir yang selama seperempat jam mengatup ,tampak terbuka ... seperti berbicara namun tiada lawan bicara .dia hanya bergumam .
"kita ini kembar atau bukan ya kak ?"tanyanya polos tanpa seorangpun yang diajak bicara
"kakak leukimia ,aku anemia"
"kakak di surga ,kenapa aku harus tertinggal di dunia hina ini ?"
"kakak sengaja ninggalin aku ,atau malaikat izrail yang lupa buat jemput aku !"
di dalam keributan yang dibuatnya sendiri ,dina menyembunyikan matanya yang berhasrat untuk memuntahkan air mata.dia seperti berdialog ,namun tidak terlihat seorangpun disana kecuali gadis itu.
ia mengalahkan rasa malasnya dalam duel tanpa balas ,itu terbukti dengan keberhasilan dina beranjak dari tempat tidur .ia menuju lemari buku coklat ,tangannya tanpa ragu mengarah pada baris kedua terbawah.
dina menjemput sebuah diary miliknya ,buku tebal berukuran sedang .sampulnya hitam dan penuh enamel berwarna-warni .sebuah buku yang sangat kuat karena mampu menopang semua keluh kesahnya tanpa pernah berniat lari (mana ada diary yang kabur ,emang punya kaki #ngawur )
dia memulai cerita pada bagian putih bergaris ...
Sekalipun aku gak pernah minta supaya aku dihadirkan ke dunia
Tapi aku bersyukur ,aku tidak lahir sendirian
Aku tidak menangis sendirian
Ketika aku baru mulai menangis ,kakak sudah menyambutku dengan tangisan yang terdengar seperti kalimat sapaan hangat dari seorang kakak
Tapi kita berdua terlalu tak berdaya untuk melawan rencana dari orang-orang berwajah besar yang senang tersenyum di depan wajahku
Kita terpisah oleh asuhan orang tua yang berbeda
Dengan jarak tempuh 1jam via kapal terbang ,domisili yang membedakan kita ternyata mudah untuk kita selami bergantian
Tuhan memberi penerangan yang cukup untukku menemui kakak
Senyum ,Sapa ,serta pelukan hangat ternyata gak berlangsung lama
kakak hanya menempuh perjalanan hingga kata pengantar dalam kehidupan yang kuanalogikan dengan karya ilmiah
Senyuman kakak juga senyuman aku
Dan senyuman kakak pergi bersama dengan leukimia
akankah anemiaku menyusul kakak ?entahlah
buku yang mendapat hujan lokal itu tak tertutup ,pena yang sedari tadi mengukir cerita mengharu biru juga tak bergerak lagi.dia tertidur ,hanya tertidur.dan mungkin dia akan tersadar dengan mata berawan.
Komentar
Posting Komentar